Wednesday 26 October 2016

Makalah Teks Eksplanasi, Teks Eksposisi, dan Teks Cerpen


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan juduMakalah Bahasa Indonesia. “
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan Bu Hermi selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.



Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Pati,   November 2016



                                                                                                                               Penyusun







  Ø Teks Eksplanasi
·       Teks 1

Pengangguran
Pengangguran merupakan salah satu fenomena sosial yang berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan yang menjadi masalah di masyarakat. Seperti sebuah penyakit, yang secara kronik menyerang segi kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak formula penanganan yang diambil, namun permasalahan ini belum juga tuntas. Bukan hanya di Indonesia, permasalahan pengangguran ini ditemukan dihampir semua negara. Setiap pemerintahan di dunia, menjadikan masalah penggangguran menjadi agenda utama. Secara umum, banyak yang mengartikan bahwa pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, atau tidak memiliki pekerjaan secara formal dan tidak mendapatkan penghasilan. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) secara spesifik memberikan definisi tentang pengangguran yaitu; orang-orang yang bekerja kurang dari 1 jam setiap minggu.

Ada beberapa faktor yang sangat mendasar yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Pengangguran biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan kerja. Pangangguran juga dapat sebabkan oleh adanya perubahan struktural dalam perekonomian. Perubahan ini menimbulkan kebutuhan terhadap tenaga kerja dengan jenis atau tingkat keterampilan yang berbeda. Sehingga, kualifikasi yang dimiliki oleh pencari kerja tidak sesuai dengan tuntutan yang ada. Dan yang sering juga terjadi adalah pengangguran yang disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan dan buruh.

Akibat terjadinya pengangguran, yaitu menimbulkan berbagai persoalan ekonomi dan sosial bagiyang mengalaminya. Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian juga tidak mendapat penghasilan, dan yang tidak berpenghasilan tidak dapat membelanjakan uang untuk membeli barang kebutuhan hidup. Bila jumlah penganggur banyak pasti, akan timbul kekacauan sosial, jumlah gelandangan meningkat pesat, selanjutnya berpotensi menimbulkan kriminal.Dari seluruh uraian di atas, maka sudah jelas bahwa pengangguran adalah masalah besar yang harus segera dicarikan solusi. Langkah nyata yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki kondisi lapangan kerja. Dengan semakin baiknya kondisi lapangan kerja, kekerasan sosial akibat pengangguran bisa dikurangi atau diatasi. Disamping itu, memperbaiki komposisi lulusan sarjanayang dihasilkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Langkah yang lebih baik lagi adalah jika kita mampu memberikan keterampilan yang memadai untuk mereka usia kerja sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Semua langkah ini harus segera kita ambil agar masalah pengangguran segera terselesaikan.



Keterangan:
·Pernyataan umum         = Paragraf 1
·Deretan Penjelasan (isi) = Paragraf 2 dan 3
·Interpretasi (Penutup)   = Paragraf 4
·Teks Eksplanasi Sosial (Kehidupan Sosial)

·         Teks 2
Kemiskinan
sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa.Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai

Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarnosebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan.Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawananpada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.Melakukan Perang GerilyaMaka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kuranglebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada.Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya.

Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia
di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

  Ø Teks Eksposisi
·       Teks 1
Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Tesis:
Sistem pendidikan Indonesia dewasa ini mengalami suatu perubahan yang sangat signifikan.Perubahan tersebut berkaitan dengan kurikulum yang digunakan dalam duniapendidikanIndonesia. Dimana, kurikulum 2006 yang sejak lama dipakai diganti dengan kurikulum 2013.Walaupun tidak semua sekolah menggunakan kurikulum ini, namun tetap berjalan sebagimana mestinya.

Argumentasi:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam beberapa kesempatan menjelaskan bahwa, kurikulum 2013 diprioritaskan pada sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi A atau sekolah berstandar Internasional, yang biasa disingkat dengan RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). Syarat keterjangkauan distribusi buku juga menjadi syarat terhadap sekolah pelaksana kurikulum 2013. Kemendikbud juga menerangkan bahwa kurikulum 2013 ini fokus pada pembangunan sikap, pengetahuan, keterampilan, karakter yang berlandaskan pada pendekatan ilmiah atau  scientific approach. Selain itu, kurikulum 2013 juga menitikberatkan kepada hubungan antara pembelajaran dengan rasa syukur pada pemberian Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia selaku pengelola alam sekitar. Khususnya mengacu pada pembelajaran yang dimulai dengan mengamati, menanya, menalar, dan mencoba atau mencipta. Musliar Kasim selaku wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beranggapan, bahwa Kurikulum 2013 lebih menonjolkan praktik daripada hafalan. Sebab selama ini, peserta didik banyak dibebani hafalan, yang justru dirasa kurang meningkatkan kreativitas. Melalui Kurikulum 2013 ini, pemerintah ingin menghasilkan anak bangsa Indonesia yang produktif, kreatif, dan afektif. Dalam kurikulum 2013 setiap peserta didik dibentuk agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Meutia Hatta, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 ini bertujuan untuk membentuk karakter generasi berkualitas, cinta tanah air dan bangsanya. Selain itu kurikulum 2013 juga menitikberatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga generasi mendatang tetap mempunyai jati diri bangsa Indonesia dan berkualitas.

Penegasan Ulang:
Namun, ternyata banyak juga masyarakat yang menolak berlakunya kurikulum 2013 ini.Perubahan kurikulum ini dianggap sangat mendadak dan di paksakan. Bahkan, ada yangberanggapan kurikulum ini kurang fokus karena menggabungkan dua mata pelajaran yangmemiliki substansi pokok yang berbeda. Meskipun, mata pelajaran yang akan diajarkan dibuatlebih sederhana, tetapi tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki peserta didik akansemakin berkurang karena mata pelajaran tersebut tidak dipelajari secara utuh, namun secaraterpisah-pisah sehingga akan membuat peserta didik menjadi bingung.Di atas segalanya, harus kita akui bahwa dalam setiap perubahan tentunya memiliki sisi positifdan negatif, serta tidak semua orang suka akan perubahan. Kita berharap dengan perubahanberlakunya kurikulum 2013 ini akan dihasilkan generasi Indonesia menjadi lebih maju, kreatif,inovatif, produktif,dan berkualitas.

·         Teks 2
Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah
Tesis:
Kebersihan lingkungan sekolah adalah salah satu faktor terpenting untuk menciptakankenyamanan, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekitar. Setiap sekolah selalu mengajarkan anak didiknya untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Bahkan, kebersihan sekolah banyak dilombakan untuk menarik minat sekolah agar mereka peduli kebersihan. Cara untuk menjaga kebersihan sekolah, di antaranya membuang sampah pada tempatnya, menghapus papan tulis, menyapu ruang kelas, dan lain-lain.

Argumentasi:
Pembagian piket kelas menjadi salah satu cara untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Petugas piket biasanya melakukan tugas membersihkan ruang kelas. Seperti menyapu kelas, menghapus papan tulis, dan menyiapkan spidol atau kapur tulis. Selain itu, setiap hari jumat selalu digunakan untuk melakukan kerja bakti membersihkan sekolah setelah pelajaran pertama selesai. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan "Jum'at Bersih. Selain lingkungan sekolah bersih, hubungan murid dan guru juga bisa semakin akrab dengan adanya kerja sama.



Penegasan Ulang:
Kebersihan lingkungan sekolah adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sekolah dan merupakan faktor yang sangat penting dalam meraih keberhasilan proses belajar mengajar. Kebersihan lingkungan sekolah akan lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan. Kebersihan tidak sama dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar lingkungan sekolah tetap sehat terawat secara berkesinambungan.

   Ø Teks Cerpen
·         Teks 1
Mbah Mahdi dan Cerita Pagi Itu
Mbah Mahdi dan Cerita Pagi Itu ilustrasi Yuswantoro AdiMbah Mahdi selalu menghidangkan kejengkelan kepadaku. Setiap pagi, dia selalu membakar sampah, tepat di belakang rumahku, hingga aku tak pernah sempat menikmati udara bersih dan segar.“Kenapa dia selalu bakar sampah di belakang rumah kita? Itu pertanyaannya yang paling tepat,” ujar istriku sambil menuangkan teh panas ke cangkir tembikar.Seperti mendapat kesempatan, istriku yang selalu melarang aku merokok pun nerocos, “Demi Tuhan, segala asap itu berbahaya. Mestinya sampah itu kan ditimbun di dalam lubang. Lebih sehat. Bisa jadi pupuk.”“Mungkin dia sentimen pada kita?” kataku sambil mengambil bakwan jagung hangat di piring.Istriku memandangku dengan tatapan aneh, “Selama ini hubungan kita baik-baik aja dengan dia. Bahkan, aku sering kasih pinjaman uang pada istrinya.”Istriku menyodorkan lombok rawit, langsung kugigit dan kukunyah bersama bakwan. Tapi yang kunikmati bukan rasa gurih, cuma pedas.“Mungkin dia sengaja meneror kita, biar kita tidak betah tinggal di sini.” Kupindahkan cangkir agar lebih jauh dari tumpukan kertas di mejaku.“Mengusir kita? Ini kan rumah kita sendiri, mas.”“Apa pun bisa dilakukan, kalau sudah tidak senang. Bagi dia yang penting kita jadi tidak nyaman. Lalu pergi dari sini.”“Tapi apa alasannya, mas?”“Ya, dia tidak senang pada kita.”“Kenapa dia tidak senang?”Aku terdiam. Terbayang wajah Mbah Mahdi, lelaki tua yang selalu tersenyum padaku. Tak kutemukan segaris pun guratan kejahatan di wajahnya, atau sepercik kelicikan di matanya.
***
Kukenal lelaki bernama lengkap Imam Mahdi itu, hampir 15 tahun lalu. Dulu, dia pegawai
negeri, tapi kini sudah pensiun agak lama. Dia kerja di departemen yang mengurusi agama. Atas
kehendak pribadi, Mbah Mahdi rajin turun ke masyarakat untukmemberikan penyuluhan agama
ke mana-mana. Dia merasa seperti membawa obor ke ruang-ruang gelap, di kampung-kampung,
di terminal-terminal, di pangkalan-pangkalan pelacur jalanan dan para pemabuk. Dengan senyumnya yang selalu mengembang, dia selalu bilang, “Ingat, kiamat sudah dekat. Bertobatlah!”
Tentu, orang-orang tertawa. Tapi Mbah Mahdi tidak tersinggung, apalagi marah. Sejak zaman nabi, orang-orang sesat selalu percaya diri, bahkan sombong, tapi mereka pasti bisa dikalahkan,begitu dia membatin.Karena itu, dadaMbah Mahdi selalu mengembang. Mulut dan hatinya takhenti-henti mengabarkan bahwa kiamat sudah dekat maka bertobatlah.“Jalan keselamatanselalu terbuka bagi siapa pun. Tuhan Maha Pengampun. Pulanglah. Tuhan pasti menyelamatkan kamu,” ujar Mbah Mahdi pada seorang perempuan pekerja seks komersial di dekat rel kereta api.“Kalau saya diselamatkan, saya malah rugi, Mbah. Tak ada pemasukan! Anak-anak saya makan apa?” ujar Perempuan PSK.Mbah Mahdi menatap PSK itu. Dia bilang, “Masih terbayangjalan Tuhan di matamu.”“Aku lebih memilih jalan uang,” PSK itu tertawa.“Tapi jalan Tuhan itu langsung menembus sorga.”“Sorga? Apa bener Tuhan berkenan menerima orang kotor macam aku?”“Kalau kamu mau bertobat, apa saja mungkin.”“Bertobat? Maaf hari ini tidak butuh bertobat. Aku butuh uang untuk berobat. Anak saya sakit,” PSKitu ngeloyor pergi mendatangi lelaki berjaket kulit hitam.
Mbah Mahdi memandang bulan yang ditelan gumpalan awan hitam.
***
Cercaan, ejekan bahkan makian tak pernah menyurutkan semangat Mbah Mahdi untuk selalu
mengabarkan bahwa kiamat sudah dekat. Tenaganya justru bertambah berlipat-lipat untuk
menyadarkan orang pada jalan keselamatan.Di benaknya, selalu terbayang wajah nabi atau orang-orang suci yang tidak pernah menyerah mengabarkan kebaikan. Tak peduli dengan semua akibat, dari diancam, disakiti, bahkan dibunuh.“Masih lumayan, aku kan cuma hidup melarat.” hibur Mbah Mahdi.Istri dan anak-anaknya, sudah lama risih dengan perilaku Mbah Mahdi. Selain menganggap
tindakan itu sia-sia, mereka juga malu.“Kenapa malu?! Aku tidak mencuri, merampok, meneror atau membunuh!! Kalian pikir aku lebih rendah dari orang-orang nista itu?!” Mbah Mahdi meradang. “Aku sedang menyelamatkan umat manusia! Paham?”Istri dan anak-anaknya terdiam, tak paham. Ketidakcocokan sikap itu ternyata mendorong Mbah Mahdi menyuruh istri dan anak-anaknya pergi dari rumahnya. “Sejak dulu, nabi dan orang-orangsuci selalu sendiri. Selalu kesepian,” ujar Mbah Mahdi sambil memandangi istri dan anak-anaknya berkemas-kemas meninggalkan rumah.
***
Pagi itu, tak seperti biasanya, Mbah Mahdi sudah dandan rapi. Dia tidak mengenakan celana
panjang dan jas kebanggaannya, tapi kain putih yang dibebatkan di seluruh badan. Dia juga mengenakan semacam surban di kepalanya. Dua telapak kakinya mengenakan sandal kulit, dengan tali-temali yang diikatkan di bawah lututnya.Dia mantap berjalan meninggalkan rumah. Di sepanjang jalan, anak-anak kecil mengikutinya. Mereka mengira Mbah Mahdi pengamen keliling yang siap menawarkan cerita, dongeng atau fragmen. Anak-anak itu akhirnya berbelok ke tikungan, karena Mbah Mahdi tidak segera menunjukkan aksinya.Langkah Mbah Mahdi sampai di sebuah rumah mewah berlantai empat. Ada halaman luas, taman asri, kolam renang dan beberapa gazebo. Beberapa mobil tampak diparkir di situ.Kedatangannya langsung disergap seorang penjaga keamanan.“Bapak siapa? Mau apa?!” gertak lelaki kekar itu.“Saya Mahdi. Imam Mahdi. E, kamu jangan kasar ya! Ingat kiamat sudah dekat. Bertobatlah!”Lelaki kekar itu langsung meringkus Mbah Mahdi dan menggelandangnya di pos satuan pengaman. “Bapak harus diperiksa. Jangan-jangan membawa bom. Lihat, tas itu. Buka!”Mbah Mahdi membuka tasnya. Dikeluarkannya dua rantang berisi nasi dan sayur. Juga sebotol air putih.“Bapak harus pergi dari sini!”“Saya mau menemuiPak Brosman.”“Sudah janjian?”“Tak perlu. Saya tahu juragan Anda itu orang baik. Pasti mau menerima.”Lelaki kekar itu mengangkat HP-nya, bicara seperlunya. “Bapak dipersilakan masuk, tapi tetap saya awasi. Dan tas itu jangan dibawa. Tuan Brosman tidak suka melihat tas menggelembung
macam itu.” Lelaki kekar langsung menyita tas.Ruangan itu sangat luas, penuh cahaya. Dipandangi lampu-lampu kristal, dinding-dinding yang seolah terbuat dari cahaya.Mbah Mahdi terpukau. Silau.
“Ini bukan rumah lagi, Pak. Tapi kerajaan,” gurau Mbah Mahdi membuka dialog.Pak Brosman, lelaki bewajah tampan dan berpenampilan dendy itu tersenyum. Dia menawari berbagai minuman. Mbah Mahdi memilih air putih.“Mungkin Bapak terkejut, menerima kedatangan saya.”“Oo tidak. Sama sekali tidak. Saya biasa menerima tamu dadakan. Bukankah hidup tak selalu bisa direncanakan?” Pak Brosman tersenyum. Tatapannya membaca sosok Mbah Mahdi. Di matanya, wajah lelaki tua itu bercahaya, seluruh tubuhnya dikelilingi cahaya. Jangan-jangan dia malaikat, pikir Pak Brosman.Diam-diam Mbah Mahdi pun membaca wajah dan tubuh Pak Brosman. Lelaki tegap, bersih dan serba klimis itu, di mata Mbah Mahdi, tampak seperti monster. Besar dan hitam. Matanya merah.Gigi dan taringnya tampak runcing dan tajam. Monster itu bergerak, mencakar-cakar bumi,
menghisap seluruh isi bumi. Perutnya membesar dengan ukuran yang tak bisa dibayangkan.“Ada yang aneh dalam diri saya, Pak?” ujar Pak Brosman.Mbah Mahdi menggeleng. Kembali dia menatap Pak Brosman. Monster itu hendak mencekiknya. Mbah Mahdi melawan sekuat tenaga. Beruntung, dia lolos dari cekikan.“Bapak hebat. Saya biasa menerima tamu orang-orang suci, tapi mereka tak sanggup bertahan lama di sini,” Pak Brosman menuang wine di gelas.“Maksud Pak Brosman?”“Saya tahu kedatangan bapak dan apa maunya bapak. Saya tidak percaya atas apa yang hendak bapak omongkan. Saya tidak percaya hari kiamat sudah dekat, karena saya tidak percaya hari kiamat itu ada. Hidup ini terlalu indah dan mewah untuk dipenggal dengan sebuah kiamat. Paham?!”Mbah Mahdi tersengat. “Tapi kiamat benar-benar sudah di ambang pintu dunia.”“Pintu dunia itu di mana? Di benua Amerika? Asia? Timur Tengah? Eropa? Atau Indonesia?”“Di dalam rongga batin iman kita!”Brosman tertawa. “Iman kita?”“Ya, iman kita kepada Tuhan.”Brosman tersenyum, sinis. “Iman? Saya lebih suka menyebutnya mitos. Dia tak lebih darikepercayaan yang setiap hari dipupuk agar tumbuh menguat, sehingga orang bisa sedikit tenang bisa bersandar kepadanya. Iman cuma dibutuhkan orang-orang lemah dankalah, seperti bapak.”Kata-kata Brosman itu mencabik-cabik jiwa Mbah Mahdi. “Tapi, iman itu ada. Harus ada. Manusia tidak lahir dari rekahan batu. Tapi diciptakan Tuhan. Manusia hidup tak lepas dari kehendak Tuhan. Itulah pentingnya iman.”“Manusia? Ooo Anda salah alamat. Aku bukan manusia. Atau setidaknya tidak terlalu memikirkannya. Aku eksistensi yang mandiri.”“Maksud, Pak Brosman?”“Aku Brosman! Tak penting lagi status. Manusia. Monster. Buaya. Serigala. Ular Piton. Atau tikus! Semua tak penting. Status hanya mengingatkan aku pada sejarah. Dan aku sudah tidak butuh sejarah. Aku hidup sekarang. Selamanya.”Brosman mengembuskan napasnya kuat-kuat. Mbah Mahdi terpental hinggake kantor satuan pengamanan. Lelaki kekar itu tertawa. Tubuh Mbah Mahdi diangkatnya, lalu diempaskan. Kepala Mbah Mahdi terbentur pohon besar. Kepalanya berdarah. Mbah Mahdi pingsan.Beberapa menit, mata Mbah Mahdi pelan-pelan terbuka. Dia tidak lagi melihat kompleks rumah mewah. Semua sudah berubah menjadi hutan yang ditumbuhi pohon, dengan daun-daun yang rimbun. Mata Mbah Mahdi melihat, setiap daun itu memancarkan sinar ungu kehitaman. Mbah Mahdi percaya, sinar itu sinar kegelapan, yang selalu tumbuh dan tumbuh dalam diri manusia.Sejak saat itu, setiap memandang daun atau benda apa saja yang terserak di tanah, Mbah Mahdi selalu merasakan ada sinar ungu kehitaman yang mengancam dirinya. Dia menyebutnya daun-daun dosa yang terus tumbuh. Memenuhi dunia. Maka, dia pun selalu membakarnya, termasuk daun-daun yang tumbuh di pohon-pohon rumahnya, di belakang rumahku.Setiap kutatap wajah tua itu, Mbah Mahdi selalu tersenyum. Mungkinkah dia melihat daun-daun dosa itu telah tumbuh lebat dalam diriku? Aku tak tahu. lebih kecil dengan panjang masing-masing sisi 15 cm. Kini membentuk kotak keranjang pada setiap sudut digunting sebelah. Setelah keempat sudut digunting, barulah keempat sisi itu ditekuk sehingga merupakan kotak terbuka supaya kuat sambungan tekukan itu dihubungkan dengan sisi yang lain dengan perekat atau di stapler.
2.Tahap kedua dibuat gantungan keranjang. Gantungan ini juga bisa dibuat bermacam variasi, seperti bentuk segitiga, bulat lonjong, dan segi empat. Salah satu contoh membuat gantungan segitiga, yaitu kertas duplex yang dipotong dengan panjang 30 sentimeter. Kemudian, dilipat dua dan pada kedua ujungnya ditekuk lagi masing-masing sepanjang tiga sentimeter. Maksud tekukan pada kedua ujung gantungan itu untuk sambungan pada kedua sisi keranjang.

3.Merakit keranjang bunga dengan menempelkan gantungan pada kedua sisi keranjang. Kedua ujung diberi perekat dan ditempelkan pada kedua sisi atau dengan cara distaples. Setelah rakitanselesai, barulah diberi dekorasi dengan guntingan kertas warna yang disusun dengan bermacam-macam variasi. Yang patut diberi dekorasi ialah hampir seluruh bagian kecuali bagian dasar yang tidak kelihatan. Membuat dekorasi yang sama bentuknya dengan melipat kertas menjadi beberapa lipatan yang kemudian digunting sekaligus. Umpamanya, dekorasi samping keranjang dengan bentuk segitiga atau tengah bulatan. Dekorasi pada gantungan dengan bentuk bunga rampai berkembang dan tunas padi tersusun dan dekorasi pada dasar keranjang dengan bunga-bunga yang bertebaran. Jadilah keranjang bunga indah yang siap untuk tempat merangkaibunga atau tempat kado. Bisa juga untuk tempat makanan kecil dalam pesta ulang tahun.

·         Teks 2
Betina
Bulan depan, orang dari segala penjuru dunia akan datang karena kami akan mengadakan lomba acu hewan lagi. Lomba pacu hewan di kota kami boleh dibilang paling kondang seanterojagat. anya di ni binatang yang dilombakan begitu beraneka. Kuda, anjing, harimau, serigala, rusa, ebut saja apa, sa u dalam satu pacuan. Yang membuat semakin seru ialah saat di jalur pacu, kadang aluri urba reka bul begitu saja. Alih-alih menuju garis akhir, mereka bisa saling memburu, enyerang, saling menghabisi. Kalau sudah begitu, penonton pun terbawa suasana. Kami yang dipisahkan dengan pagar besi dari jalur pacu bersorak sorai menyemangati, seolah hewan-hewan itu memahami kami. Kebuasan dan dominasi memang mengagumkan bagi kami.Lomba pacu sekaligus tarung hewan ini yang membuat kota kami istimewa. Di mancanegara, pertandingan bebas macam begini terlalu banyak diregulasi. kasi hewan dimuliakan secara berlebihan. Di sini, penonton bebas menyaksikan hewan pacu ling ghabisi. Lomba terbukabagi siapa saja pemilik hewan yang punya nyali dan strategi untuk gadu agoannya.Jagoanku adalah seekor anjing betina. Aku panggil ia Izsla. Dalam berpacu, ia tidak hanya pelari unggul, tapi jago siasat dalam bertarung. Pernah sejalur pacu dengan harimau, kemampuan sla berkelit luar biasa, gerakannya selalu mengecoh pemangsa yang lebih besar. Dengan hewan setingkat dengannya dalam rantai makanan, Izsla menang karena selalu lebih fokus pada tujuan.
Izsla kubesarkan sejak bayi, kubeli dari toko hewan pacu. Harganya mahal karena ia memang ras
murni anjing pemburu. Nenek moyang Izsla konon adalah peliharaan raja dan para darah biru. Tanah asalnya nun jauh di Hongaria. Tampilan mereka seperti bangsawan—ramping anggun berotot liat, berbulu pendek, cokelat berkilat tembaga, bola mata dan hidungnya berwarna senada. Mereka tampak jatmika, tidak jangak macam jenis anjing lain yang hidungnya hitam basah dan suka mendengus-dengus.Di republik ini, hanya orang dengan kekayaan macam bangsawan yang mampu memelihara hewan seperti Izsla. Sehari-harinya anjing macam Izsla butuh aktivitas fisik macam berlari dan melompat, menerkam, menerjang. Siapa yang mampu membeli pekarangan luas untuk arena bermain dan berlatih anjingnya, ketika di kota-kota besar saja tidak ada jalan setapak yang layak agar orang bisa berjalan-jalan dengan aman? Aku kaya raya karena Izsla. Berkat perawatan dan
pelatihanku, sejak memasuki masa siap kawin Izsla sudah menjadi anjing lomba pacu yang unggul. Aku memenangi lomba, satu demi satu, dari lingkup kota, sampai akhirnya antarnegara. Aku kaya bukan hanya dari hadiah lomba, tentu. Yang lebih gila jumlahnya adalah bagi hasil daripetaruh-petaruh yang menjagokan Izsla di setiap pacuan.Saat aku kecil, aku pelayan bagi anjing-anjing. Ayahku, dan ayahnya, dan ayah dari ayahnya ayah, juga pelayan bagi anjing. Orang-orang kaya yang membayar kami adalah majikan kami, tapi kepada anjinglah kami melayani. Namun tidak seperti Izsla, anjing-anjing yang kulayani lebih rendah kastanya. Karena anjing tidak beragama atau berbudaya, tentu yang mengatur tinggirendahnya kasta adalah manusia. Si Haski milik Pak anggota DPR contohnya, anjing pertama yang kurawat. Haski adalah seekor anjing tampan berbulu abu-abu jenis penghela kereta salju dari Siberia. Tampilan Haski yang ganteng tentu mengecoh Pak Anggota DPR yang suka mengelabui rakyat dengan tampilannya. Tapi aku tahu, sebagai anjing pacu, si Haski bukan nomor satu. Di negara tropis begini, Haski dan sejenisnya tentu tidak setangguh di negara
asalnya.
Lalu si Patih, anjing jenis petarung yang kurawat berikutnya, milik Mbak Biduan. eperti laki-laki yang selalu diidamkan majikannya (namun tidak juga dimiliki karena lelaki selalu datang dan pergi berganti-ganti hingga perempuan ini merasa anjing lebih setia daripada laki-laki), jenis ini protektif pada pemiliknya. Bagiku, Patih tetap bukan kasta nomor satu. Ia mungkin petarung yang bengis, namun bukan pelari yang baik.Berawal sebagai perawat anjing, aku menjadi pelatih anjing, yang mulai dicari orang-orang kaya untuk melatih anjing mereka, agar bisa memenangi lomba dan membuat para majikan itu makin kaya. Aku tidak hanya membuat mereka memahami bahasa manusia. Aku pastikan diriku juga memahami bahasa mereka. Geramanku, gonggonganku, mimikku, gerak tingkahku, adalah bahasa yang dipahami para anjing.Menyambut lomba tahun ini, aku sudah menyiapkan Izsla sejak lama. Tapi justru begitu tinggal dua bulan lagi, Izsla menampilkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Izsla seperti enggan berlatih lari. Jangankan itu, bergurau dan berguling-guling di taman saja tidak mau. Ia memilih untuk melingkar di pergelangan kakiku macam penghangat kaki saja. Seperti ingin membuatku jatuh iba. Tapi aku sulit untuk iba. Masalahnya, aku sudah keburu bertaruh ratusan juta untuk kemenangan Izsla.Jangan bilan aku petaruh yang ceroboh. Aku berhitung sangat cermat. Kalau tidak, bagaimana aku bisa kaya raya begini, hanya beberapa tahun sejak pertama Izsla turut lomba? Perilaku hewan kupelajari, ekspektasi dan karakter majikannya kuamati, statistik kemenangan dan keberuntungan dalam pertarungan kuperhitungkan. Aku tidak hanya pelatih anjing yang telaten, aku juga penjudi yang berstrategi. Namun, perubahan yang tidak sesuai pola seperti tingkah Izslabelakangan ini tentu tidak masuk hitungan.Segala cara kucoba untuk meningkatkan gairah Izsla lagi. Mengubah pakannya. Pola latihannya. Belum berhasil juga. Sampai teringat olehku, ini tentu perkara usia. Izsla telah berumur lima tahun hitungan manusia, berarti mendekati empat puluh tahun usia anjing. Di mana-mana betina, makin berusia makin banyak polahnya, pikirku gusar.Kudatangkan pejantan sejenisnya, sampai jenis lainnya. Menduga berahi Izsla tak terpenuhi. Akujengkel saat Izsla tidak mau dikawinkan. Dasar, sudah makin tua, kenapa para betina makin pilih-pilih saja? Izsla masih saja teronggok seperti karung goni tanpa isi. Kalau mengingat utang taruhan judi yang akan mencekikku bila Izsla kalah berpacu dan tidak mampu berkelit dari terkaman musuh, ingin kusepak tubuhnya yang suka mendusel di kakiku.Karenanya, saat Izsla akhirnya memenangi lomba pacu hingga ke finalnya, aku merasakan euforia luar biasa. Segala upaya yang kukerahkan, sampai ikhtiar terakhir yang kutempuh sebulan sebelum lomba yang berhasil membuat Izsla semangat lagi, terasa tidak sia-sia.Kemenangan rasanya memang luar biasa. Aku tidak pernah bosan menikmatinya meski Izsla
telah menang bertahun-tahun berturutan. Bagaimana bisa bosan, bila setiap kemenangan mendatangkan uang, dan dengan uang bisa kubeli berbagai macam hal yang menghilangkan rasa
bosan. Barang-barang. Orang-orang. Perhatian mereka, perlakuan khusus mereka.Dengan uang
hadiah dan taruhan pacuan, aku bisa membeli banyak orang.Termasuk di malam itu. Malam perayaan. Setelah berhari-hari seusai lomba aku harus melakukan wawancara ini dan itu, ke malam penghargaan asosiasi pacu hewan ini dan itu, aku bisa juga mendapatkan waktu untuk memuaskan kesenanganku pada orang. Mencukongi makan dan hiburan malam bagi beberapa orang yang biasa kubayari pesta.Dini hari, aku pulang ke rumah megahku dengan sedikit mabuk. Para pekerja rumah tangga segera beringsut kembali ke area mereka, setelah membukakan pintu, membukakan sepatu,
menyiapkan ini-itu untuk kenyamanan majikannya setelah berpesta semalaman.Di salah satu sudut rumahku, aku melihat Izsla tegak pada keempat kakinya, menghadapku dengan tegang. Geramannya baru terdengar. Efek alkohol menggenangi telingaku, meredam kepekaan pendengaranku.Apa? Geramku balik, terganggu. Aku ingin segera berbaring, tubuhku terkuras oleh permainan perempuan-perempuan bayaran. Izsla terus menggeram, maju setapak. Betina banyak maunya, aku makin sengit. Aku ingin tidur. Rasanya tidak sanggup untuk mandi lagi meski salah satu perempuan cantik itu tadi menyebutku bau anjing dan membuatku menghadiahinya sebuah tamparan.Izsla menyalak, tampak beringas. Kurang ajar. Aku mengeluarkan suara berang dari kerongkongan. Betina tua tidak tahu diuntung, umpatku dalam deram tertahan.Sekarang bila ditanya orang, aku tidak bisa menceritakan ulang, apa yang sebenarnya terjadi setelah itu, malam itu. Yang kuingat, Izsla melompat menyerangku. Polisi dan petugas rumah sakit yang datang belakangan mungkin bisa membantu menambahkan informasi bahwa isi rumahku porak poranda macam ada pertarungan hebat di antara dua makhluk yang setara sebanding. Darah berceceran di mana-mana. Darahku dan darah Izsla. Para pekerja rumah tanggayang duluan menemukan kami juga akan beri kesaksian. Aku cabik oleh Izsla, sebagaimana Izslaterluka oleh terkaman pisau di tanganku. Mereka akan bersumpah bahwa aku hanya membela diri, merenggut pisau dapur begitu saja dan terpaksa membunuh anjing betina yang jadi sorotan seluruh dunia karena kemenangannya dalam lomba pacu, sekaligus tarung hewan itu. Izsla mendadak gila, mungkin karena usia tua. Tentu begitu, karena uangku bisa membeli apa yang dikatakan mereka. Apa yang tidak dikatakan mereka, juga. Aku bisa membeli kebungkaman mereka dari cerita bahwa dari perut Izsla yang robek ada anak-anak anjing berwajah menyerupai bayi manusia.Paling tidak, kebisuan mereka terbeli sampai waktu tertentu

  Ø Cerpen Sinopsis
·         Teks 1
“JURU MASAK”
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus,
bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejakdulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orangbiasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru mzsak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”“Kenduri siapa?” tanya Azrial.“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan enggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya,
mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Rengogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu nak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang,
tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milikseorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian sajadi rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertandadimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yangdigelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramaidikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.“Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”“Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akankembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.

·         Teks 2
Semut dan Belalang
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuahbiola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan
sedikit makan untuk dirinya."Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkanmakanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?""Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar."Membuat lagu katamu ya?" katasang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut
tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang
Belalang lagi.Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.Prosedur dalam cerpen

Teks 1
Wanita Mengubah Segalanya
Di sebuah desa yang bernama Banyuurp tinggal seorang wanita yang memang sudahtidak muda lagi dan sudah lama ditinggal mati oleh suaminya. Wanita yang kerap disapa Bu Sitiitu tinggal baersama anak satu-satunya yang bernama Aryo di sebuah rumah sederhana. Aryoadalah seorang pemuda yang gagah, tinggi, dan cukup tampan. Tetapi di balik keadaan fsik yangsempurna dia memiliki sifat yang cukup buruk seperti perlakuannya terhadap orang lain yangkasar, malas-malasan, menganggur, dan sering sekali membentak-bentak ibu yang telahmembesarkannya. Aryo sama sekali tidak merasa kasihan dengan ibunya bekerja ke sana kemarimencari uang untuk makan meski tenaganya sudah tidak seperti dulu lagi saat masih muda. Busiti tidak pernah mengeluh sekalipun, beliau orang yang sabar, tidak pernah mengotori hatinyadengan marah-marah terhadap anaknya. Sedangkan Aryo hanya menganggur di rumah tidakpernah berusaha mencari pekerjaan dan sering sekali meminta uang kepada ibunya hanyauntuk main bersama teman-temannya seperti main judi dan membeli minum-minuman keras.Warga desa sering miris melihat kelakuan Aryo.Pada siang hari yang cukup mendung, langit sedang tidak bersahabat dan sangat gelapmembuat suasana menjadi mencekam. Aryo yang sedang membentak-bentak ibunya memintauang hanya untuk membeli sebungkus rokok, tetapi ibunya hanya menahan air mata yang inginkeluar melihat kelakuan anaknya tersebut. Bu Siti pada saat itu memang sedang tidak memilikiuang karena memang belum waktunya untuk gajian. Aryo yang tinggi membuat wargaBanyuurip mendengar dan pergi ke rumah Bu Siti. Suasana semakin mencekam semua wargaBanyuurip miris dan kesal membuat kelakuan Aryo, rasanya sendiri sambil berteriak mintauang.”Bu, berikan aku uang, cepat sekarang juga !” bentak Aryo. “Nak, ibu belum punya uang,ibu belum gajian sayang,” kata ibu dengan penuh kelembutan. Ya ampun Bu pelit banget sihsama anak sendiri cuma minta uangnya buat beli rokok aja nggak boleh !” teriak Aryo. Dengantangan masih mencekik ibunya. “ Astagfrullah...jika ibu punya uang pasti sudah ibu berikan,sadarlah Nak lepaskan tanganmu ini dari leher ibu.” Kata ibu dengan suara pelan karena Aryomencekik semakin kuat. Salah satu warga pun menenangkan Aryo dan melepaskan tangannyadari leher ibunya. Suasana pun mulai mereda warga juga menasihati Aryo agar tidak memperlakukan Ibukandungnya seperti itu. Sebagian warga menenangkan Bu Siti yang baru saja di cekik olehanaknya sendiri. Bu siti pun sedikit mengeluh kepada warga yang menenangkan dirinya, itupertama kalinya Bu siti mengeluh. “Bu, saya sudah tidak kuat lagi menerima kelakuan Aryo anaksatu-satunya saya, “keluh Bu Siti. “Sabar Bu Siti, Allah pasti akan mendengar segala keluh kesahdan akan memberi yang terbaik karena Bu Siti telah sabar selama ini.” Kata salah satu warga. “Tapi saya harus gimana lagi, saya menyayangi Aryo dengan sepenuh hati tapi aryo malah inginmembunuh ibunya sendiri,” kata Bu siti. “Saran saya lebih baik Aryo segera menikah, mungkindia akan bersikap dewasa dan lebih bertanggung jawab.” Saran salah satu warga.Mendengar saran dari warga Bu Siti mulai berpikir mungkin itu semua ada benarnya, tetapiwanita mana yang mau menikahi Aryo yang hanya seorang pengangguran.Aryo yang saat itu masih merasa kesal kemudian pergi ke pos ronda tempatteman-temannya nongkrong. Aryo menceritakan yang baru saja terjadi di rumahya kepadateman-temannya itu. Tiba-tiba ada seorang wanita cantik yang lewat di depan pos ronda. Diawanita yang belum pernah dilihat Aryo di Desa Banyuurip, sepertinya dia bukan warga DesaBanyuurip. Wanita itu berjalan mengarah ke pos ronda dan bertanya kepada para pemudateman-teman Aryo. “Maaf mas mau tanya, rumahya Bu Siti di mana ya ?” tanya wanita itudengan suara lembut. “ Bu Siti ? itu ibu saya mbak, mari saya antar ke rumah.” Jawab Aryodengan girang. “ Oh...Mas anaknya Bu Siti, ya sudah ayo Mas,“ ajak wanita itu. Aryo punmengantar wanita itu ke rumah. Aryo seperti terkagum-kagum melihatnya, dia belum pernahmelihat wanita secantik itu. Setelah sampai di rumah, wanita itu mengetuk pintu danmengucapkan salam. “Assalamualaikum...” salam wanita tersebut. Kemudian terdengar langkah
kaki dari dalam rumah yang akan membukakan pintu. ”Waalaikumsalam...” jawab Bu Siti.“Owalah...nak Zahra jauh-jauh datang ke sini ada apa ?” tanya Bu Siti. Aryo tersenyum sendiri
setelah tahu namanya yaitu Zahra. “Iya Bu, saya diminta ayah untuk menemani danmembantu-bantu Bu siti di sini,” jelas Zahra. “Ooo... terima kasih Nak atas niat baikmu, ya sudahayo masuk.” Ajak Bu Siti.Bu Siti kemudian manjelaskan menjelaskan kepada Aryo bahwa Zahra adalah anak dari
temannya dan almarhum suami Bu siti. Zahra akan tinggal di rumah selama beberapa minggu.Aryo seperti kegirangan mendengar penjelasan dari ibu bahwa Zahra akan tinggal di rumahnya.Bu Siti lalu mengantar Zahra ke kamar untuk istirahat karena sudah menempuh perjalanan jauh.Di kamar Zahra membicakan tujuannya datang kemari pada Bu Siti. “Ibu, sebenarnya sayadatang kemari untuk mengajari dan melatik Aryo supaya menjadi orang yang baik tidak seperetisekarang.” Jelas Zahra dengan pelan-pelan. “Terima kasih Zahra atas bantuanmu dan ayahmu.”Kata Bu Siti dengan perasaan senang. “Sama-sama Bu, saya senang dapat membantu Bu siti,saya janji dengan cara saya sendiri akan membuat Aryo berubah menjadi baik.” Kata Zahra.Keesokan harinya Zahra memulai langkah untuk mengubah Aryo menjadi orang yanglebih baik. Pertama dia ingin Aryo bangun pagi. Zahra mengajak Bu Siti untuk membangunkanAryo yang masih tidur pulas. Bu siti yang membangunkan Aryo dan Zahra di samping Bu Siti.Akhirnya Aryo bangun juga karena di samping ibunya ada wanita cantik. Kemudian Kedua Zahrameminta Aryo untuk segera mandi, tidak seperti biasanya yang kesehariannya malas-malasan.Setelah mandi dan makan Aryo menghisap sebatang rokok di depan pintu. Zahra dan Bu Sitiyang berada di belakang Aryo langsung mengingatkan untuk tidak merokok. “Aryo, ka,ujanganlah merokok, merokok itu tidak ada manfaatnya, lebih baik uangnya ditabung untukkeperluan yang lain.” jelas Zahra. “Tapi...aku tidak bisa begitu saja behenti merokok,” bantahAryo. “Ah...pokoknya kamu harus berhenti merokok dan lebih baik kamu mencari pekerjaan, kulihatkamu hanya menganggur saja di rumah.” Pertegas Zarha. Aryo kemudian pergi mencaripekerjaan, namun dia tak kunjung mendapat kerja karena dia tidak memiliki keahlian. Akhirnyadia diterima menjadi kuli bangunan. Entah mengapa Aryo hanya menurut kata-kata Zahra
mungkin Aryo telah jatuh hati pada Zahra sehingga semua kata Zahra dia turuti.Hari demi hari Aryo telah mengalami perubahan. Dari Aryo orang yangkasar,mals-malasan, dan hanya pengangguran perlahan berubah menjadi baik. Aryo sekarangtelah bekerja dengan rajin dan sekarang dia menjadi mandor sebuah proyek bangunan. Aryojuga sudah tidak kasar dan bentak-bentak pada ibunya sendiri. Dia sangat menyayangi ibunya,itu semua berkat Zahra. Melihat Aryo telah berubah menjadi aik tugas Zahra berarti telahsukses dan dan selesai. Zahra harus kembali pulang ke rumah tetapi melihat kegigihan Aryountuk berubah, Zahra menjadi tertarik dengan Aryo. Aryo yang benar-benar serius mencintaiZahra kemudian Aryo melamar Zahra. Zahra pun menerima lamaran Aryo kemudian menikahdan hidup bahagia.
è
Teks 2
Terbunuhnya Ibu Amir
(oleh : Zulfa Mahendra)
Pada suatu desa, tepatnya Desa Banyuurip ada seorang anak yang lahir dari keluarga yangtidak begitu kaya. Kehidupannya pun pas-pasan. Letak rumahnya pun jauh dari kota. Anak itubernama Amir. Dia adalah anak yang bandel. Ayah ibunya sudah mengingatkan dirinya untukberbuat baik. Ke mana pun melangkah hamper pasti ia membuat masalah. Ayah ibunya punsering dapat kecaman dari warga sekitar karena ulah anaknya.Pernah pada suatu hari., Amir mendorong temannya sendiri sampai ia tercebur ke dalamsungai. Anak itu sebenarnya tidak bisa berenang, tetapi karena kebandelan Amir, anak itu punhamper tenggelam. Untunglah ada seorang bapak-bapak yang menolong anak itu dan memarahiAmir.“Amir, apa yang kamu lakukan sampai membuat nak ini hampir tenggelam?”“Maaf Pak, saya hanya bercanda.”Kemudian Amir pulang ke rumah. Ia pun mendapat marah dari orang tuanya karena orangtuanya dikomplain dengan ibu anak tadi yang diceburkan Amir. Amir pun hanya bisa diam.Memang seluruh warga sudah mengetahui bahwa Amir anak yang bandel. Hamper 99%orang yang melihatnya mengelus dada dan ingin menamparnya. Bahkan warga Banyuuripmengatakan apabila Amir bepergian selalu ada saja ulahnya yang bikin enek. Warga sekitar punsudah sangat geram karena hamper seluruh anak yang ada di Desa Banyuuripsudah pernahmenjadi korban dari kebandelan Amir. Ibu Amir pun terkena penyakit serangan jantung gara-garaanaknya tersebut.Pada pagi hari yang cerah, seperti biasa Amir bermain dengan teman-temannya sampailewat waktu asar. Tanpa diketahui Amir, tiba-tiba di rumahnya ada bendera putih yangmenandakan bahwa da yang meninggal. Setelah masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya sudahterbaring kaku di ruang tamu, ditemani dengan ayah dan para warga yang membaca yasin disekitarnya.“Bu, Bu jangan tinggalkan Amir Bu. Amir masih membutuhkan Ibu.” Itulah ucapan Amirkepada ibunya yang tidak akan dijawab oleh ibunya lagi.Menurut warg sekitar ibu Amir dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui namanya.Dan, kejadian bakda zuhr tu mungkin menjadi kilimaknya. Akibat pembunuhan itu wargaBanyuurip geger. Ada salah seorang warga yang menghubungi polisi setempat. Setelah polisidatang, para anggota polisi tersebut langsung melakukan olah TKP. Para polisi menanyai parawarga yang sewaktu ada di tempat kejadian itu.Para polisi pun mengambil barang bukti yang di antaranya adalah sebuah pisau dapur.
Seelah itu para polisi kembali ke kantor mereka.Dalam rumah Amir, suasan duka masih menyelimuti keluarganya. Amir membayangkankata-kata atau nasihat ibunya agar jadi anak yang baik. Setelah
kejadian itu ayah Amir selalumemberikan nasihat kepada Amir. Lambat laun akhirnya Amir menyadari tentang apa yang telahdilakukannya selama ini.Pada suatu hari kepolisian dating lagi ke rumah Amir untuk memberikan informasi.Ternyata ibu Amir dibunuh oleh dua orang pelaku yang semuanya adalah laki-laki. Sebelumdibunuh ibu Amir mencoba mempertahankan diri dengan menggunakan pisau dapur. Sayangnya,hal itu sia-sia, para pelaku tersebut malah membunuh ibu Amir.Mendengar penjelasan dari kepolisian setempat Amir mengangis tersedu-sedu. AyahAmir meminta kepolisian untuk kembali lagi ke kantor. Ayah Amir berkata pada Amir.“Amir, sudahlah jangan menangis lagi. Ini mungkin sudah takdir Allah.” Amir hanyadiam saja.Dalam hati kecil Amir, ia akan mencari pelaku yang telah membunuh ibunya karenasampai saat ini pelaku pembunuhan belum juga ditemukan. Mungkinkah para pelaku tersebutdari warga Banyuurip ataukah dari warga desa lain?



No comments:

Post a Comment