Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Makalah Bahasa Indonesia. “
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan Bu Hermi selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pati, November 2016
Penyusun
Ø Teks
Eksplanasi
·
Teks 1
Pengangguran
Pengangguran merupakan
salah satu fenomena sosial yang berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan yang
menjadi masalah di masyarakat. Seperti sebuah penyakit, yang secara kronik
menyerang segi kehidupan bermasyarakat. Sudah banyak formula penanganan yang
diambil, namun permasalahan ini belum juga tuntas. Bukan hanya di Indonesia,
permasalahan pengangguran ini ditemukan dihampir semua negara. Setiap
pemerintahan di dunia, menjadikan masalah penggangguran menjadi agenda utama.
Secara umum, banyak yang mengartikan bahwa pengangguran adalah orang dewasa
yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, atau tidak memiliki pekerjaan
secara formal dan tidak mendapatkan penghasilan. Selain itu, Badan Pusat
Statistik (BPS) secara spesifik memberikan definisi tentang pengangguran yaitu;
orang-orang yang bekerja kurang dari 1 jam setiap minggu.
Ada beberapa faktor yang
sangat mendasar yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Pengangguran
biasanya terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan
kerja. Pangangguran juga dapat sebabkan oleh adanya perubahan struktural dalam
perekonomian. Perubahan ini menimbulkan kebutuhan terhadap tenaga kerja dengan
jenis atau tingkat keterampilan yang berbeda. Sehingga, kualifikasi yang
dimiliki oleh pencari kerja tidak sesuai dengan tuntutan yang ada. Dan yang
sering juga terjadi adalah pengangguran yang disebabkan oleh pemutusan hubungan
kerja terhadap karyawan dan buruh.
Akibat terjadinya
pengangguran, yaitu menimbulkan berbagai persoalan ekonomi dan sosial bagiyang
mengalaminya. Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian juga tidak mendapat
penghasilan, dan yang tidak berpenghasilan tidak dapat membelanjakan uang untuk
membeli barang kebutuhan hidup. Bila jumlah penganggur banyak pasti, akan
timbul kekacauan sosial, jumlah gelandangan meningkat pesat, selanjutnya
berpotensi menimbulkan kriminal.Dari seluruh uraian di atas, maka sudah jelas
bahwa pengangguran adalah masalah besar yang harus segera dicarikan solusi.
Langkah nyata yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki kondisi lapangan
kerja. Dengan semakin baiknya kondisi lapangan kerja, kekerasan sosial akibat
pengangguran bisa dikurangi atau diatasi. Disamping itu, memperbaiki komposisi
lulusan sarjanayang dihasilkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja. Langkah yang lebih baik lagi adalah jika kita mampu memberikan
keterampilan yang memadai untuk mereka usia kerja sehingga dapat menciptakan
lapangan kerja sendiri. Semua langkah ini harus segera kita ambil agar masalah
pengangguran segera terselesaikan.
Keterangan:
·Pernyataan
umum = Paragraf 1
·Deretan
Penjelasan (isi) = Paragraf 2 dan 3
·Interpretasi
(Penutup) = Paragraf 4
·Teks
Eksplanasi Sosial (Kehidupan Sosial)
·
Teks 2
Kemiskinan
sewenang-wenang dan
bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali
dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.Setelah Indonesia merdeka,
dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata
pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca
kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia
kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.Dan
melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima
Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal
18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden.
Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau
pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.Ketika
pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang,
ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat
pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR
yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa.Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama
lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke
Semarang.Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih
dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di
Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang
saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat
paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.Dalam Agresi Militer II
Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai
Belanda. Bung Karno dan
Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan
itu, walaupun Presiden Soekarnosebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap
tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan.Namun anjuran itu tidak bisa
dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawananpada Belanda
serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.Melakukan Perang
GerilyaMaka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan
perang gerilya. Kuranglebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan
yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan
lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada.Tapi kepada pasukannya
ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan
penyakitnya.
Namun akhirnya ia harus
pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara
langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.Sudirman yang pada masa pendudukan
Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk
menolong rakyat dari bahaya kelaparan.Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang
tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34
tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia
di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan.
Ø Teks Eksposisi
·
Teks 1
Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Tesis:
Sistem pendidikan Indonesia dewasa ini
mengalami suatu perubahan yang sangat signifikan.Perubahan tersebut berkaitan
dengan kurikulum yang digunakan dalam duniapendidikanIndonesia. Dimana, kurikulum
2006 yang sejak lama dipakai diganti dengan kurikulum 2013.Walaupun tidak semua
sekolah menggunakan kurikulum ini, namun tetap berjalan sebagimana mestinya.
Argumentasi:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) dalam beberapa kesempatan menjelaskan bahwa, kurikulum 2013
diprioritaskan pada sekolah-sekolah yang memiliki akreditasi A atau sekolah
berstandar Internasional, yang biasa disingkat dengan RSBI (Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional). Syarat keterjangkauan distribusi buku juga menjadi
syarat terhadap sekolah pelaksana kurikulum 2013. Kemendikbud juga menerangkan
bahwa kurikulum 2013 ini fokus pada pembangunan sikap, pengetahuan,
keterampilan, karakter yang berlandaskan pada pendekatan ilmiah atau scientific approach. Selain itu, kurikulum
2013 juga menitikberatkan kepada hubungan antara pembelajaran dengan rasa
syukur pada pemberian Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia selaku pengelola alam sekitar.
Khususnya mengacu pada pembelajaran yang dimulai dengan mengamati, menanya, menalar,
dan mencoba atau mencipta. Musliar Kasim selaku wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan beranggapan, bahwa Kurikulum 2013 lebih menonjolkan praktik daripada
hafalan. Sebab selama ini, peserta didik banyak dibebani hafalan, yang justru
dirasa kurang meningkatkan kreativitas. Melalui Kurikulum 2013 ini, pemerintah
ingin menghasilkan anak bangsa Indonesia yang produktif, kreatif, dan afektif.
Dalam kurikulum 2013 setiap peserta didik dibentuk agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Meutia Hatta, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden mengungkapkan
bahwa kurikulum 2013 ini bertujuan untuk membentuk karakter generasi
berkualitas, cinta tanah air dan bangsanya. Selain itu kurikulum 2013 juga
menitikberatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga
generasi mendatang tetap mempunyai jati diri bangsa Indonesia dan berkualitas.
Penegasan Ulang:
Namun, ternyata banyak juga masyarakat yang
menolak berlakunya kurikulum 2013 ini.Perubahan kurikulum ini dianggap sangat
mendadak dan di paksakan. Bahkan, ada yangberanggapan kurikulum ini kurang
fokus karena menggabungkan dua mata pelajaran yangmemiliki substansi pokok yang
berbeda. Meskipun, mata pelajaran yang akan diajarkan dibuatlebih sederhana,
tetapi tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki peserta didik
akansemakin berkurang karena mata pelajaran tersebut tidak dipelajari secara
utuh, namun secaraterpisah-pisah sehingga akan membuat peserta didik menjadi
bingung.Di atas segalanya, harus kita akui bahwa dalam setiap perubahan tentunya
memiliki sisi positifdan negatif, serta tidak semua orang suka akan perubahan.
Kita berharap dengan perubahanberlakunya kurikulum 2013 ini akan dihasilkan
generasi Indonesia menjadi lebih maju, kreatif,inovatif, produktif,dan
berkualitas.
·
Teks 2
Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah
Tesis:
Kebersihan lingkungan sekolah adalah salah
satu faktor terpenting untuk menciptakankenyamanan, baik di lingkungan rumah
maupun di lingkungan sekitar. Setiap sekolah selalu mengajarkan anak didiknya
untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Bahkan, kebersihan sekolah banyak
dilombakan untuk menarik minat sekolah agar mereka peduli kebersihan. Cara
untuk menjaga kebersihan sekolah, di antaranya membuang sampah pada tempatnya,
menghapus papan tulis, menyapu ruang kelas, dan lain-lain.
Argumentasi:
Pembagian piket kelas menjadi salah satu
cara untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Petugas piket biasanya
melakukan tugas membersihkan ruang kelas. Seperti menyapu kelas, menghapus
papan tulis, dan menyiapkan spidol atau kapur tulis. Selain itu, setiap hari
jumat selalu digunakan untuk melakukan kerja bakti membersihkan sekolah setelah
pelajaran pertama selesai. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan
"Jum'at Bersih. Selain lingkungan sekolah bersih, hubungan murid dan guru
juga bisa semakin akrab dengan adanya kerja sama.
Penegasan Ulang:
Kebersihan lingkungan sekolah adalah hal
yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sekolah dan merupakan faktor yang
sangat penting dalam meraih keberhasilan proses belajar mengajar. Kebersihan
lingkungan sekolah akan lebih menjamin kebersihan seseorang dan menyehatkan.
Kebersihan tidak sama dengan kemewahan, kebersihan adalah usaha manusia agar
lingkungan sekolah tetap sehat terawat secara berkesinambungan.
Ø Teks Cerpen
·
Teks 1
Mbah Mahdi dan Cerita Pagi Itu
Mbah Mahdi dan Cerita Pagi
Itu ilustrasi Yuswantoro AdiMbah Mahdi selalu menghidangkan kejengkelan
kepadaku. Setiap pagi, dia selalu membakar sampah, tepat di belakang rumahku,
hingga aku tak pernah sempat menikmati udara bersih dan segar.“Kenapa dia
selalu bakar sampah di belakang rumah kita? Itu pertanyaannya yang paling
tepat,” ujar istriku sambil menuangkan teh panas ke cangkir tembikar.Seperti
mendapat kesempatan, istriku yang selalu melarang aku merokok pun nerocos,
“Demi Tuhan, segala asap itu berbahaya. Mestinya sampah itu kan ditimbun di
dalam lubang. Lebih sehat. Bisa jadi pupuk.”“Mungkin dia sentimen pada kita?”
kataku sambil mengambil bakwan jagung hangat di piring.Istriku memandangku
dengan tatapan aneh, “Selama ini hubungan kita baik-baik aja dengan dia.
Bahkan, aku sering kasih pinjaman uang pada istrinya.”Istriku menyodorkan
lombok rawit, langsung kugigit dan kukunyah bersama bakwan. Tapi yang kunikmati
bukan rasa gurih, cuma pedas.“Mungkin dia sengaja meneror kita, biar kita tidak
betah tinggal di sini.” Kupindahkan cangkir agar lebih jauh dari tumpukan
kertas di mejaku.“Mengusir kita? Ini kan rumah kita sendiri, mas.”“Apa pun bisa
dilakukan, kalau sudah tidak senang. Bagi dia yang penting kita jadi tidak nyaman.
Lalu pergi dari sini.”“Tapi apa alasannya, mas?”“Ya, dia tidak senang pada
kita.”“Kenapa dia tidak senang?”Aku terdiam. Terbayang wajah Mbah Mahdi, lelaki
tua yang selalu tersenyum padaku. Tak kutemukan segaris pun guratan kejahatan
di wajahnya, atau sepercik kelicikan di matanya.
***
Kukenal lelaki bernama
lengkap Imam Mahdi itu, hampir 15 tahun lalu. Dulu, dia pegawai
negeri, tapi kini sudah pensiun agak lama.
Dia kerja di departemen yang mengurusi agama. Atas
kehendak pribadi, Mbah Mahdi rajin turun ke
masyarakat untukmemberikan penyuluhan agama
ke mana-mana. Dia merasa seperti membawa
obor ke ruang-ruang gelap, di kampung-kampung,
di terminal-terminal, di
pangkalan-pangkalan pelacur jalanan dan para pemabuk. Dengan senyumnya yang
selalu mengembang, dia selalu bilang, “Ingat, kiamat sudah dekat. Bertobatlah!”
Tentu, orang-orang tertawa. Tapi Mbah Mahdi
tidak tersinggung, apalagi marah. Sejak zaman nabi, orang-orang sesat selalu
percaya diri, bahkan sombong, tapi mereka pasti bisa dikalahkan,begitu dia
membatin.Karena itu, dadaMbah Mahdi selalu mengembang. Mulut dan hatinya
takhenti-henti mengabarkan bahwa kiamat sudah dekat maka bertobatlah.“Jalan
keselamatanselalu terbuka bagi siapa pun. Tuhan Maha Pengampun. Pulanglah.
Tuhan pasti menyelamatkan kamu,” ujar Mbah Mahdi pada seorang perempuan pekerja
seks komersial di dekat rel kereta api.“Kalau saya diselamatkan, saya malah
rugi, Mbah. Tak ada pemasukan! Anak-anak saya makan apa?” ujar Perempuan
PSK.Mbah Mahdi menatap PSK itu. Dia bilang, “Masih terbayangjalan Tuhan di
matamu.”“Aku lebih memilih jalan uang,” PSK itu tertawa.“Tapi jalan Tuhan itu
langsung menembus sorga.”“Sorga? Apa bener Tuhan berkenan menerima orang kotor
macam aku?”“Kalau kamu mau bertobat, apa saja mungkin.”“Bertobat? Maaf hari ini
tidak butuh bertobat. Aku butuh uang untuk berobat. Anak saya sakit,” PSKitu
ngeloyor pergi mendatangi lelaki berjaket kulit hitam.
Mbah Mahdi memandang bulan yang ditelan
gumpalan awan hitam.
***
Cercaan, ejekan bahkan
makian tak pernah menyurutkan semangat Mbah Mahdi untuk selalu
mengabarkan bahwa kiamat sudah dekat.
Tenaganya justru bertambah berlipat-lipat untuk
menyadarkan orang pada jalan keselamatan.Di
benaknya, selalu terbayang wajah nabi atau orang-orang suci yang tidak pernah
menyerah mengabarkan kebaikan. Tak peduli dengan semua akibat, dari diancam,
disakiti, bahkan dibunuh.“Masih lumayan, aku kan cuma hidup melarat.” hibur
Mbah Mahdi.Istri dan anak-anaknya, sudah lama risih dengan perilaku Mbah Mahdi.
Selain menganggap
tindakan itu sia-sia, mereka juga
malu.“Kenapa malu?! Aku tidak mencuri, merampok, meneror atau membunuh!! Kalian
pikir aku lebih rendah dari orang-orang nista itu?!” Mbah Mahdi meradang. “Aku
sedang menyelamatkan umat manusia! Paham?”Istri dan anak-anaknya terdiam, tak
paham. Ketidakcocokan sikap itu ternyata mendorong Mbah Mahdi menyuruh istri
dan anak-anaknya pergi dari rumahnya. “Sejak dulu, nabi dan orang-orangsuci
selalu sendiri. Selalu kesepian,” ujar Mbah Mahdi sambil memandangi istri dan anak-anaknya
berkemas-kemas meninggalkan rumah.
***
Pagi itu, tak seperti
biasanya, Mbah Mahdi sudah dandan rapi. Dia tidak mengenakan celana
panjang dan jas kebanggaannya, tapi kain
putih yang dibebatkan di seluruh badan. Dia juga mengenakan semacam surban di
kepalanya. Dua telapak kakinya mengenakan sandal kulit, dengan tali-temali yang
diikatkan di bawah lututnya.Dia mantap berjalan meninggalkan rumah. Di
sepanjang jalan, anak-anak kecil mengikutinya. Mereka mengira Mbah Mahdi
pengamen keliling yang siap menawarkan cerita, dongeng atau fragmen. Anak-anak
itu akhirnya berbelok ke tikungan, karena Mbah Mahdi tidak segera menunjukkan
aksinya.Langkah Mbah Mahdi sampai di sebuah rumah mewah berlantai empat. Ada
halaman luas, taman asri, kolam renang dan beberapa gazebo. Beberapa mobil
tampak diparkir di situ.Kedatangannya langsung disergap seorang penjaga
keamanan.“Bapak siapa? Mau apa?!” gertak lelaki kekar itu.“Saya Mahdi. Imam
Mahdi. E, kamu jangan kasar ya! Ingat kiamat sudah dekat. Bertobatlah!”Lelaki
kekar itu langsung meringkus Mbah Mahdi dan menggelandangnya di pos satuan
pengaman. “Bapak harus diperiksa. Jangan-jangan membawa bom. Lihat, tas itu.
Buka!”Mbah Mahdi membuka tasnya. Dikeluarkannya dua rantang berisi nasi dan
sayur. Juga sebotol air putih.“Bapak harus pergi dari sini!”“Saya mau
menemuiPak Brosman.”“Sudah janjian?”“Tak perlu. Saya tahu juragan Anda itu
orang baik. Pasti mau menerima.”Lelaki kekar itu mengangkat HP-nya, bicara
seperlunya. “Bapak dipersilakan masuk, tapi tetap saya awasi. Dan tas itu
jangan dibawa. Tuan Brosman tidak suka melihat tas menggelembung
macam itu.” Lelaki kekar langsung menyita
tas.Ruangan itu sangat luas, penuh cahaya. Dipandangi lampu-lampu kristal,
dinding-dinding yang seolah terbuat dari cahaya.Mbah Mahdi terpukau. Silau.
“Ini bukan rumah lagi, Pak. Tapi kerajaan,”
gurau Mbah Mahdi membuka dialog.Pak Brosman, lelaki bewajah tampan dan
berpenampilan dendy itu tersenyum. Dia menawari berbagai minuman. Mbah Mahdi
memilih air putih.“Mungkin Bapak terkejut, menerima kedatangan saya.”“Oo tidak.
Sama sekali tidak. Saya biasa menerima tamu dadakan. Bukankah hidup tak selalu
bisa direncanakan?” Pak Brosman tersenyum. Tatapannya membaca sosok Mbah Mahdi.
Di matanya, wajah lelaki tua itu bercahaya, seluruh tubuhnya dikelilingi cahaya.
Jangan-jangan dia malaikat, pikir Pak Brosman.Diam-diam Mbah Mahdi pun membaca
wajah dan tubuh Pak Brosman. Lelaki tegap, bersih dan serba klimis itu, di mata
Mbah Mahdi, tampak seperti monster. Besar dan hitam. Matanya merah.Gigi dan
taringnya tampak runcing dan tajam. Monster itu bergerak, mencakar-cakar bumi,
menghisap seluruh isi bumi. Perutnya
membesar dengan ukuran yang tak bisa dibayangkan.“Ada yang aneh dalam diri
saya, Pak?” ujar Pak Brosman.Mbah Mahdi menggeleng. Kembali dia menatap Pak Brosman.
Monster itu hendak mencekiknya. Mbah Mahdi melawan sekuat tenaga. Beruntung,
dia lolos dari cekikan.“Bapak hebat. Saya biasa menerima tamu orang-orang suci,
tapi mereka tak sanggup bertahan lama di sini,” Pak Brosman menuang wine di
gelas.“Maksud Pak Brosman?”“Saya tahu kedatangan bapak dan apa maunya bapak.
Saya tidak percaya atas apa yang hendak bapak omongkan. Saya tidak percaya hari
kiamat sudah dekat, karena saya tidak percaya hari kiamat itu ada. Hidup ini
terlalu indah dan mewah untuk dipenggal dengan sebuah kiamat. Paham?!”Mbah
Mahdi tersengat. “Tapi kiamat benar-benar sudah di ambang pintu dunia.”“Pintu
dunia itu di mana? Di benua Amerika? Asia? Timur Tengah? Eropa? Atau
Indonesia?”“Di dalam rongga batin iman kita!”Brosman tertawa. “Iman kita?”“Ya,
iman kita kepada Tuhan.”Brosman tersenyum, sinis. “Iman? Saya lebih suka
menyebutnya mitos. Dia tak lebih darikepercayaan yang setiap hari dipupuk agar
tumbuh menguat, sehingga orang bisa sedikit tenang bisa bersandar kepadanya.
Iman cuma dibutuhkan orang-orang lemah dankalah, seperti bapak.”Kata-kata
Brosman itu mencabik-cabik jiwa Mbah Mahdi. “Tapi, iman itu ada. Harus ada.
Manusia tidak lahir dari rekahan batu. Tapi diciptakan Tuhan. Manusia hidup tak
lepas dari kehendak Tuhan. Itulah pentingnya iman.”“Manusia? Ooo Anda salah
alamat. Aku bukan manusia. Atau setidaknya tidak terlalu memikirkannya. Aku
eksistensi yang mandiri.”“Maksud, Pak Brosman?”“Aku Brosman! Tak penting lagi
status. Manusia. Monster. Buaya. Serigala. Ular Piton. Atau tikus! Semua tak
penting. Status hanya mengingatkan aku pada sejarah. Dan aku sudah tidak butuh
sejarah. Aku hidup sekarang. Selamanya.”Brosman mengembuskan napasnya
kuat-kuat. Mbah Mahdi terpental hinggake kantor satuan pengamanan. Lelaki kekar
itu tertawa. Tubuh Mbah Mahdi diangkatnya, lalu diempaskan. Kepala Mbah Mahdi
terbentur pohon besar. Kepalanya berdarah. Mbah Mahdi pingsan.Beberapa menit,
mata Mbah Mahdi pelan-pelan terbuka. Dia tidak lagi melihat kompleks rumah
mewah. Semua sudah berubah menjadi hutan yang ditumbuhi pohon, dengan daun-daun
yang rimbun. Mata Mbah Mahdi melihat, setiap daun itu memancarkan sinar ungu
kehitaman. Mbah Mahdi percaya, sinar itu sinar kegelapan, yang selalu tumbuh
dan tumbuh dalam diri manusia.Sejak saat itu, setiap memandang daun atau benda
apa saja yang terserak di tanah, Mbah Mahdi selalu merasakan ada sinar ungu
kehitaman yang mengancam dirinya. Dia menyebutnya daun-daun dosa yang terus
tumbuh. Memenuhi dunia. Maka, dia pun selalu membakarnya, termasuk daun-daun
yang tumbuh di pohon-pohon rumahnya, di belakang rumahku.Setiap kutatap wajah
tua itu, Mbah Mahdi selalu tersenyum. Mungkinkah dia melihat daun-daun dosa itu
telah tumbuh lebat dalam diriku? Aku tak tahu. lebih kecil dengan panjang
masing-masing sisi 15 cm. Kini membentuk kotak keranjang pada setiap sudut
digunting sebelah. Setelah keempat sudut digunting, barulah keempat sisi itu
ditekuk sehingga merupakan kotak terbuka supaya kuat sambungan tekukan itu
dihubungkan dengan sisi yang lain dengan perekat atau di stapler.
2.Tahap kedua dibuat gantungan keranjang.
Gantungan ini juga bisa dibuat bermacam variasi, seperti bentuk segitiga, bulat
lonjong, dan segi empat. Salah satu contoh membuat gantungan segitiga, yaitu
kertas duplex yang dipotong dengan panjang 30 sentimeter. Kemudian, dilipat dua
dan pada kedua ujungnya ditekuk lagi masing-masing sepanjang tiga sentimeter.
Maksud tekukan pada kedua ujung gantungan itu untuk sambungan pada kedua sisi
keranjang.
3.Merakit keranjang bunga dengan
menempelkan gantungan pada kedua sisi keranjang. Kedua ujung diberi perekat dan
ditempelkan pada kedua sisi atau dengan cara distaples. Setelah rakitanselesai,
barulah diberi dekorasi dengan guntingan kertas warna yang disusun dengan
bermacam-macam variasi. Yang patut diberi dekorasi ialah hampir seluruh bagian
kecuali bagian dasar yang tidak kelihatan. Membuat dekorasi yang sama bentuknya
dengan melipat kertas menjadi beberapa lipatan yang kemudian digunting
sekaligus. Umpamanya, dekorasi samping keranjang dengan bentuk segitiga atau
tengah bulatan. Dekorasi pada gantungan dengan bentuk bunga rampai berkembang
dan tunas padi tersusun dan dekorasi pada dasar keranjang dengan bunga-bunga
yang bertebaran. Jadilah keranjang bunga indah yang siap untuk tempat
merangkaibunga atau tempat kado. Bisa juga untuk tempat makanan kecil dalam
pesta ulang tahun.
·
Teks 2
Betina
Bulan depan, orang dari segala penjuru
dunia akan datang karena kami akan mengadakan lomba acu hewan lagi. Lomba pacu
hewan di kota kami boleh dibilang paling kondang seanterojagat. anya di ni
binatang yang dilombakan begitu beraneka. Kuda, anjing, harimau, serigala,
rusa, ebut saja apa, sa u dalam satu pacuan. Yang membuat semakin seru ialah
saat di jalur pacu, kadang aluri urba reka bul begitu saja. Alih-alih menuju
garis akhir, mereka bisa saling memburu, enyerang, saling menghabisi. Kalau
sudah begitu, penonton pun terbawa suasana. Kami yang dipisahkan dengan pagar
besi dari jalur pacu bersorak sorai menyemangati, seolah hewan-hewan itu
memahami kami. Kebuasan dan dominasi memang mengagumkan bagi kami.Lomba pacu
sekaligus tarung hewan ini yang membuat kota kami istimewa. Di mancanegara,
pertandingan bebas macam begini terlalu banyak diregulasi. kasi hewan
dimuliakan secara berlebihan. Di sini, penonton bebas menyaksikan hewan pacu ling
ghabisi. Lomba terbukabagi siapa saja pemilik hewan yang punya nyali dan
strategi untuk gadu agoannya.Jagoanku adalah seekor anjing betina. Aku panggil
ia Izsla. Dalam berpacu, ia tidak hanya pelari unggul, tapi jago siasat dalam
bertarung. Pernah sejalur pacu dengan harimau, kemampuan sla berkelit luar
biasa, gerakannya selalu mengecoh pemangsa yang lebih besar. Dengan hewan
setingkat dengannya dalam rantai makanan, Izsla menang karena selalu lebih
fokus pada tujuan.
Izsla kubesarkan sejak bayi, kubeli dari
toko hewan pacu. Harganya mahal karena ia memang ras
murni anjing pemburu. Nenek moyang Izsla
konon adalah peliharaan raja dan para darah biru. Tanah asalnya nun jauh di
Hongaria. Tampilan mereka seperti bangsawan—ramping anggun berotot liat,
berbulu pendek, cokelat berkilat tembaga, bola mata dan hidungnya berwarna
senada. Mereka tampak jatmika, tidak jangak macam jenis anjing lain yang
hidungnya hitam basah dan suka mendengus-dengus.Di republik ini, hanya orang
dengan kekayaan macam bangsawan yang mampu memelihara hewan seperti Izsla.
Sehari-harinya anjing macam Izsla butuh aktivitas fisik macam berlari dan
melompat, menerkam, menerjang. Siapa yang mampu membeli pekarangan luas untuk
arena bermain dan berlatih anjingnya, ketika di kota-kota besar saja tidak ada
jalan setapak yang layak agar orang bisa berjalan-jalan dengan aman? Aku kaya
raya karena Izsla. Berkat perawatan dan
pelatihanku, sejak memasuki masa siap kawin
Izsla sudah menjadi anjing lomba pacu yang unggul. Aku memenangi lomba, satu
demi satu, dari lingkup kota, sampai akhirnya antarnegara. Aku kaya bukan hanya
dari hadiah lomba, tentu. Yang lebih gila jumlahnya adalah bagi hasil
daripetaruh-petaruh yang menjagokan Izsla di setiap pacuan.Saat aku kecil, aku
pelayan bagi anjing-anjing. Ayahku, dan ayahnya, dan ayah dari ayahnya ayah,
juga pelayan bagi anjing. Orang-orang kaya yang membayar kami adalah majikan
kami, tapi kepada anjinglah kami melayani. Namun tidak seperti Izsla,
anjing-anjing yang kulayani lebih rendah kastanya. Karena anjing tidak beragama
atau berbudaya, tentu yang mengatur tinggirendahnya kasta adalah manusia. Si
Haski milik Pak anggota DPR contohnya, anjing pertama yang kurawat. Haski
adalah seekor anjing tampan berbulu abu-abu jenis penghela kereta salju dari
Siberia. Tampilan Haski yang ganteng tentu mengecoh Pak Anggota DPR yang suka
mengelabui rakyat dengan tampilannya. Tapi aku tahu, sebagai anjing pacu, si
Haski bukan nomor satu. Di negara tropis begini, Haski dan sejenisnya tentu
tidak setangguh di negara
asalnya.
Lalu si Patih, anjing
jenis petarung yang kurawat berikutnya, milik Mbak Biduan. eperti laki-laki
yang selalu diidamkan majikannya (namun tidak juga dimiliki karena lelaki
selalu datang dan pergi berganti-ganti hingga perempuan ini merasa anjing lebih
setia daripada laki-laki), jenis ini protektif pada pemiliknya. Bagiku, Patih
tetap bukan kasta nomor satu. Ia mungkin petarung yang bengis, namun bukan
pelari yang baik.Berawal sebagai perawat anjing, aku menjadi pelatih anjing,
yang mulai dicari orang-orang kaya untuk melatih anjing mereka, agar bisa
memenangi lomba dan membuat para majikan itu makin kaya. Aku tidak hanya
membuat mereka memahami bahasa manusia. Aku pastikan diriku juga memahami
bahasa mereka. Geramanku, gonggonganku, mimikku, gerak tingkahku, adalah bahasa
yang dipahami para anjing.Menyambut lomba tahun ini, aku sudah menyiapkan Izsla
sejak lama. Tapi justru begitu tinggal dua bulan lagi, Izsla menampilkan
tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Izsla seperti enggan berlatih lari. Jangankan
itu, bergurau dan berguling-guling di taman saja tidak mau. Ia memilih untuk
melingkar di pergelangan kakiku macam penghangat kaki saja. Seperti ingin
membuatku jatuh iba. Tapi aku sulit untuk iba. Masalahnya, aku sudah keburu
bertaruh ratusan juta untuk kemenangan Izsla.Jangan bilan aku petaruh yang
ceroboh. Aku berhitung sangat cermat. Kalau tidak, bagaimana aku bisa kaya raya
begini, hanya beberapa tahun sejak pertama Izsla turut lomba? Perilaku hewan
kupelajari, ekspektasi dan karakter majikannya kuamati, statistik kemenangan
dan keberuntungan dalam pertarungan kuperhitungkan. Aku tidak hanya pelatih
anjing yang telaten, aku juga penjudi yang berstrategi. Namun, perubahan yang
tidak sesuai pola seperti tingkah Izslabelakangan ini tentu tidak masuk
hitungan.Segala cara kucoba untuk meningkatkan gairah Izsla lagi. Mengubah
pakannya. Pola latihannya. Belum berhasil juga. Sampai teringat olehku, ini
tentu perkara usia. Izsla telah berumur lima tahun hitungan manusia, berarti
mendekati empat puluh tahun usia anjing. Di mana-mana betina, makin berusia
makin banyak polahnya, pikirku gusar.Kudatangkan pejantan sejenisnya, sampai
jenis lainnya. Menduga berahi Izsla tak terpenuhi. Akujengkel saat Izsla tidak
mau dikawinkan. Dasar, sudah makin tua, kenapa para betina makin pilih-pilih
saja? Izsla masih saja teronggok seperti karung goni tanpa isi. Kalau mengingat
utang taruhan judi yang akan mencekikku bila Izsla kalah berpacu dan tidak
mampu berkelit dari terkaman musuh, ingin kusepak tubuhnya yang suka mendusel
di kakiku.Karenanya, saat Izsla akhirnya memenangi lomba pacu hingga ke
finalnya, aku merasakan euforia luar biasa. Segala upaya yang kukerahkan,
sampai ikhtiar terakhir yang kutempuh sebulan sebelum lomba yang berhasil
membuat Izsla semangat lagi, terasa tidak sia-sia.Kemenangan rasanya memang
luar biasa. Aku tidak pernah bosan menikmatinya meski Izsla
telah menang bertahun-tahun berturutan.
Bagaimana bisa bosan, bila setiap kemenangan mendatangkan uang, dan dengan uang
bisa kubeli berbagai macam hal yang menghilangkan rasa
bosan. Barang-barang. Orang-orang.
Perhatian mereka, perlakuan khusus mereka.Dengan uang
hadiah dan taruhan pacuan, aku bisa membeli
banyak orang.Termasuk di malam itu. Malam perayaan. Setelah berhari-hari seusai
lomba aku harus melakukan wawancara ini dan itu, ke malam penghargaan asosiasi
pacu hewan ini dan itu, aku bisa juga mendapatkan waktu untuk memuaskan
kesenanganku pada orang. Mencukongi makan dan hiburan malam bagi beberapa orang
yang biasa kubayari pesta.Dini hari, aku pulang ke rumah megahku dengan sedikit
mabuk. Para pekerja rumah tangga segera beringsut kembali ke area mereka,
setelah membukakan pintu, membukakan sepatu,
menyiapkan ini-itu untuk kenyamanan
majikannya setelah berpesta semalaman.Di salah satu sudut rumahku, aku melihat
Izsla tegak pada keempat kakinya, menghadapku dengan tegang. Geramannya baru
terdengar. Efek alkohol menggenangi telingaku, meredam kepekaan
pendengaranku.Apa? Geramku balik, terganggu. Aku ingin segera berbaring,
tubuhku terkuras oleh permainan perempuan-perempuan bayaran. Izsla terus
menggeram, maju setapak. Betina banyak maunya, aku makin sengit. Aku ingin
tidur. Rasanya tidak sanggup untuk mandi lagi meski salah satu perempuan cantik
itu tadi menyebutku bau anjing dan membuatku menghadiahinya sebuah tamparan.Izsla
menyalak, tampak beringas. Kurang ajar. Aku mengeluarkan suara berang dari
kerongkongan. Betina tua tidak tahu diuntung, umpatku dalam deram
tertahan.Sekarang bila ditanya orang, aku tidak bisa menceritakan ulang, apa
yang sebenarnya terjadi setelah itu, malam itu. Yang kuingat, Izsla melompat
menyerangku. Polisi dan petugas rumah sakit yang datang belakangan mungkin bisa
membantu menambahkan informasi bahwa isi rumahku porak poranda macam ada
pertarungan hebat di antara dua makhluk yang setara sebanding. Darah berceceran
di mana-mana. Darahku dan darah Izsla. Para pekerja rumah tanggayang duluan
menemukan kami juga akan beri kesaksian. Aku cabik oleh Izsla, sebagaimana
Izslaterluka oleh terkaman pisau di tanganku. Mereka akan bersumpah bahwa aku
hanya membela diri, merenggut pisau dapur begitu saja dan terpaksa membunuh
anjing betina yang jadi sorotan seluruh dunia karena kemenangannya dalam lomba
pacu, sekaligus tarung hewan itu. Izsla mendadak gila, mungkin karena usia tua.
Tentu begitu, karena uangku bisa membeli apa yang dikatakan mereka. Apa yang
tidak dikatakan mereka, juga. Aku bisa membeli kebungkaman mereka dari cerita
bahwa dari perut Izsla yang robek ada anak-anak anjing berwajah menyerupai bayi
manusia.Paling tidak, kebisuan mereka terbeli sampai waktu tertentu
Ø Cerpen Sinopsis
·
Teks 1
“JURU
MASAK”
Perhelatan bisa kacau
tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan
bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal
encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan
kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti
ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena
pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata,
tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi
banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji,
juru masak handal itu tak dilibatkan.Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan
Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor
kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus,
bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai
pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji
bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan
pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama
perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai
Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata
bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi?
Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.“Kalau besok Gulai
Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan
Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.“Apa susahnya mendatangkan
Makaji?”“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin
malu.”Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa
hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik
oleh tangan dingin lelaki itu. Sejakdulu, Makaji tak pernah keberatan membantu
keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah
hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orangbiasa yang hanya
sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia
satu-satunya juru mzsak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia
masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat
ia berjaga semalam suntuk.“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap
kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang
lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam
bulan lalu.“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”“Belum! Akan Ayah pikul beban
ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu
itu.“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak
di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan
dengan Ayah,”Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua
selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski
sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang.
Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak
ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut,
sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap
akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik
anaknya sendiri.“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”“Kenduri siapa?” tanya
Azrial.“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah
sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”Merah padam muka Azrial mendengar
nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan enggogeni, perempuan masa
lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni,
anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di
Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini
miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu
beres di tangannya,
mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang
atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang
gadaian itu.Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Rengogeni hampir tamat
dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa
bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial
itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan
siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer
sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan
mereka.“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu nak
juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung
juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab.
Renggo yakin kami berjodoh,”“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau
berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru
masak?”“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham
kau?”Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah
tak berpembatang,
tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak
patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat
hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka
hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milikseorang perantau
dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi
sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang.
Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi
juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari
sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal
mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai
orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa
Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian
sajadi rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke
negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang.
Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun
yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni,
atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.Kenduri di
rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit,
pertandadimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat
Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang
berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua
kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria.
Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang
terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang
kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak
bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya,
Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di
akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing,
perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang
dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang
budi.Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan
carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih
bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi,
perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas
menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta
yangdigelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing
itu tak begitu ramaidikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari
pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk
menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan
ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.“Gulai
Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.“Kuah Gulai Rebungnya encer
seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”“Dagingnya keras, tidak
kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”“Masakannya tak mengeyangkan, tak
mengundang selera.”“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”Makin ke ujung, kenduri
makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan
rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang
bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang
karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan
keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu.
Siapa lagi kalau bukan Makaji?“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri
sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.“Sia-sia saja kenduri ini bila
bukan Makaji yang meracik bumbu,”“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”Dua
hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari
Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di
Jakarta, mungkin tak akankembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat
anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah
ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin
baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya
perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting
lelaki lain.
·
Teks 2
Semut dan Belalang
Pada siang hari di akhir
musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas
untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah
mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan,
dengan sebuahbiola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga
semut itu memberikan
sedikit makan untuk
dirinya."Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu
telah mengumpulkan dan menyiapkanmakanan untuk musim dingin yang akan datang
ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim
panas?""Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,"
keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya
sadari, musim panas pun telah berlalu."Semut tersebut kemudian mengangkat
bahunya karena merasa gusar."Membuat lagu katamu ya?" katasang Semut,
"Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim
panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut
tersebut membalikkan badan dan melanjutkan
pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang
Belalang lagi.Ada saatnya untuk bekerja dan
ada saatnya untuk bermain.Prosedur dalam cerpen
Teks 1
Wanita Mengubah Segalanya
Di sebuah desa yang bernama Banyuurp
tinggal seorang wanita yang memang sudahtidak muda lagi dan sudah lama
ditinggal mati oleh suaminya. Wanita yang kerap disapa Bu Sitiitu tinggal
baersama anak satu-satunya yang bernama Aryo di sebuah rumah sederhana.
Aryoadalah seorang pemuda yang gagah, tinggi, dan cukup tampan. Tetapi di balik
keadaan fsik yangsempurna dia memiliki sifat yang cukup buruk seperti
perlakuannya terhadap orang lain yangkasar, malas-malasan, menganggur, dan
sering sekali membentak-bentak ibu yang telahmembesarkannya. Aryo sama sekali
tidak merasa kasihan dengan ibunya bekerja ke sana kemarimencari uang untuk
makan meski tenaganya sudah tidak seperti dulu lagi saat masih muda. Busiti
tidak pernah mengeluh sekalipun, beliau orang yang sabar, tidak pernah
mengotori hatinyadengan marah-marah terhadap anaknya. Sedangkan Aryo hanya
menganggur di rumah tidakpernah berusaha mencari pekerjaan dan sering sekali
meminta uang kepada ibunya hanyauntuk main bersama teman-temannya seperti main
judi dan membeli minum-minuman keras.Warga desa sering miris melihat kelakuan
Aryo.Pada siang hari yang cukup mendung, langit sedang tidak bersahabat dan
sangat gelapmembuat suasana menjadi mencekam. Aryo yang sedang membentak-bentak
ibunya memintauang hanya untuk membeli sebungkus rokok, tetapi ibunya hanya
menahan air mata yang inginkeluar melihat kelakuan anaknya tersebut. Bu Siti
pada saat itu memang sedang tidak memilikiuang karena memang belum waktunya
untuk gajian. Aryo yang tinggi membuat wargaBanyuurip mendengar dan pergi ke
rumah Bu Siti. Suasana semakin mencekam semua wargaBanyuurip miris dan kesal
membuat kelakuan Aryo, rasanya sendiri sambil berteriak mintauang.”Bu, berikan
aku uang, cepat sekarang juga !” bentak Aryo. “Nak, ibu belum punya uang,ibu
belum gajian sayang,” kata ibu dengan penuh kelembutan. Ya ampun Bu pelit
banget sihsama anak sendiri cuma minta uangnya buat beli rokok aja nggak boleh
!” teriak Aryo. Dengantangan masih mencekik ibunya. “ Astagfrullah...jika ibu
punya uang pasti sudah ibu berikan,sadarlah Nak lepaskan tanganmu ini dari
leher ibu.” Kata ibu dengan suara pelan karena Aryomencekik semakin kuat. Salah
satu warga pun menenangkan Aryo dan melepaskan tangannyadari leher ibunya.
Suasana pun mulai mereda warga juga menasihati Aryo agar tidak memperlakukan
Ibukandungnya seperti itu. Sebagian warga menenangkan Bu Siti yang baru saja di
cekik olehanaknya sendiri. Bu siti pun sedikit mengeluh kepada warga yang
menenangkan dirinya, itupertama kalinya Bu siti mengeluh. “Bu, saya sudah tidak
kuat lagi menerima kelakuan Aryo anaksatu-satunya saya, “keluh Bu Siti. “Sabar
Bu Siti, Allah pasti akan mendengar segala keluh kesahdan akan memberi yang
terbaik karena Bu Siti telah sabar selama ini.” Kata salah satu warga. “Tapi
saya harus gimana lagi, saya menyayangi Aryo dengan sepenuh hati tapi aryo
malah inginmembunuh ibunya sendiri,” kata Bu siti. “Saran saya lebih baik Aryo
segera menikah, mungkindia akan bersikap dewasa dan lebih bertanggung jawab.”
Saran salah satu warga.Mendengar saran dari warga Bu Siti mulai berpikir
mungkin itu semua ada benarnya, tetapiwanita mana yang mau menikahi Aryo yang
hanya seorang pengangguran.Aryo yang saat itu masih merasa kesal kemudian pergi
ke pos ronda tempatteman-temannya nongkrong. Aryo menceritakan yang baru saja
terjadi di rumahya kepadateman-temannya itu. Tiba-tiba ada seorang wanita
cantik yang lewat di depan pos ronda. Diawanita yang belum pernah dilihat Aryo
di Desa Banyuurip, sepertinya dia bukan warga DesaBanyuurip. Wanita itu
berjalan mengarah ke pos ronda dan bertanya kepada para pemudateman-teman Aryo.
“Maaf mas mau tanya, rumahya Bu Siti di mana ya ?” tanya wanita itudengan suara
lembut. “ Bu Siti ? itu ibu saya mbak, mari saya antar ke rumah.” Jawab
Aryodengan girang. “ Oh...Mas anaknya Bu Siti, ya sudah ayo Mas,“ ajak wanita
itu. Aryo punmengantar wanita itu ke rumah. Aryo seperti terkagum-kagum
melihatnya, dia belum pernahmelihat wanita secantik itu. Setelah sampai di
rumah, wanita itu mengetuk pintu danmengucapkan salam. “Assalamualaikum...”
salam wanita tersebut. Kemudian terdengar langkah
kaki dari dalam rumah yang akan membukakan
pintu. ”Waalaikumsalam...” jawab Bu Siti.“Owalah...nak Zahra jauh-jauh datang
ke sini ada apa ?” tanya Bu Siti. Aryo tersenyum sendiri
setelah tahu namanya yaitu Zahra. “Iya Bu,
saya diminta ayah untuk menemani danmembantu-bantu Bu siti di sini,” jelas
Zahra. “Ooo... terima kasih Nak atas niat baikmu, ya sudahayo masuk.” Ajak Bu
Siti.Bu Siti kemudian manjelaskan menjelaskan kepada Aryo bahwa Zahra adalah
anak dari
temannya dan almarhum suami Bu siti. Zahra
akan tinggal di rumah selama beberapa minggu.Aryo seperti kegirangan mendengar
penjelasan dari ibu bahwa Zahra akan tinggal di rumahnya.Bu Siti lalu mengantar
Zahra ke kamar untuk istirahat karena sudah menempuh perjalanan jauh.Di kamar
Zahra membicakan tujuannya datang kemari pada Bu Siti. “Ibu, sebenarnya
sayadatang kemari untuk mengajari dan melatik Aryo supaya menjadi orang yang
baik tidak seperetisekarang.” Jelas Zahra dengan pelan-pelan. “Terima kasih
Zahra atas bantuanmu dan ayahmu.”Kata Bu Siti dengan perasaan senang. “Sama-sama
Bu, saya senang dapat membantu Bu siti,saya janji dengan cara saya sendiri akan
membuat Aryo berubah menjadi baik.” Kata Zahra.Keesokan harinya Zahra memulai
langkah untuk mengubah Aryo menjadi orang yanglebih baik. Pertama dia ingin
Aryo bangun pagi. Zahra mengajak Bu Siti untuk membangunkanAryo yang masih
tidur pulas. Bu siti yang membangunkan Aryo dan Zahra di samping Bu
Siti.Akhirnya Aryo bangun juga karena di samping ibunya ada wanita cantik.
Kemudian Kedua Zahrameminta Aryo untuk segera mandi, tidak seperti biasanya
yang kesehariannya malas-malasan.Setelah mandi dan makan Aryo menghisap
sebatang rokok di depan pintu. Zahra dan Bu Sitiyang berada di belakang Aryo
langsung mengingatkan untuk tidak merokok. “Aryo, ka,ujanganlah merokok,
merokok itu tidak ada manfaatnya, lebih baik uangnya ditabung untukkeperluan
yang lain.” jelas Zahra. “Tapi...aku tidak bisa begitu saja behenti merokok,”
bantahAryo. “Ah...pokoknya kamu harus berhenti merokok dan lebih baik kamu
mencari pekerjaan, kulihatkamu hanya menganggur saja di rumah.” Pertegas Zarha.
Aryo kemudian pergi mencaripekerjaan, namun dia tak kunjung mendapat kerja
karena dia tidak memiliki keahlian. Akhirnyadia diterima menjadi kuli bangunan.
Entah mengapa Aryo hanya menurut kata-kata Zahra
mungkin Aryo telah jatuh hati pada Zahra
sehingga semua kata Zahra dia turuti.Hari demi hari Aryo telah mengalami
perubahan. Dari Aryo orang yangkasar,mals-malasan, dan hanya pengangguran
perlahan berubah menjadi baik. Aryo sekarangtelah bekerja dengan rajin dan
sekarang dia menjadi mandor sebuah proyek bangunan. Aryojuga sudah tidak kasar
dan bentak-bentak pada ibunya sendiri. Dia sangat menyayangi ibunya,itu semua
berkat Zahra. Melihat Aryo telah berubah menjadi aik tugas Zahra berarti
telahsukses dan dan selesai. Zahra harus kembali pulang ke rumah tetapi melihat
kegigihan Aryountuk berubah, Zahra menjadi tertarik dengan Aryo. Aryo yang
benar-benar serius mencintaiZahra kemudian Aryo melamar Zahra. Zahra pun
menerima lamaran Aryo kemudian menikahdan hidup bahagia.
è
Teks 2
Terbunuhnya Ibu Amir
(oleh : Zulfa Mahendra)
Pada suatu desa, tepatnya Desa Banyuurip
ada seorang anak yang lahir dari keluarga yangtidak begitu kaya. Kehidupannya
pun pas-pasan. Letak rumahnya pun jauh dari kota. Anak itubernama Amir. Dia
adalah anak yang bandel. Ayah ibunya sudah mengingatkan dirinya untukberbuat
baik. Ke mana pun melangkah hamper pasti ia membuat masalah. Ayah ibunya
punsering dapat kecaman dari warga sekitar karena ulah anaknya.Pernah pada
suatu hari., Amir mendorong temannya sendiri sampai ia tercebur ke dalamsungai.
Anak itu sebenarnya tidak bisa berenang, tetapi karena kebandelan Amir, anak
itu punhamper tenggelam. Untunglah ada seorang bapak-bapak yang menolong anak
itu dan memarahiAmir.“Amir, apa yang kamu lakukan sampai membuat nak ini hampir
tenggelam?”“Maaf Pak, saya hanya bercanda.”Kemudian Amir pulang ke rumah. Ia
pun mendapat marah dari orang tuanya karena orangtuanya dikomplain dengan ibu
anak tadi yang diceburkan Amir. Amir pun hanya bisa diam.Memang seluruh warga
sudah mengetahui bahwa Amir anak yang bandel. Hamper 99%orang yang melihatnya
mengelus dada dan ingin menamparnya. Bahkan warga Banyuuripmengatakan apabila
Amir bepergian selalu ada saja ulahnya yang bikin enek. Warga sekitar punsudah
sangat geram karena hamper seluruh anak yang ada di Desa Banyuuripsudah
pernahmenjadi korban dari kebandelan Amir. Ibu Amir pun terkena penyakit
serangan jantung gara-garaanaknya tersebut.Pada pagi hari yang cerah, seperti
biasa Amir bermain dengan teman-temannya sampailewat waktu asar. Tanpa
diketahui Amir, tiba-tiba di rumahnya ada bendera putih yangmenandakan bahwa da
yang meninggal. Setelah masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya sudahterbaring
kaku di ruang tamu, ditemani dengan ayah dan para warga yang membaca yasin
disekitarnya.“Bu, Bu jangan tinggalkan Amir Bu. Amir masih membutuhkan Ibu.”
Itulah ucapan Amirkepada ibunya yang tidak akan dijawab oleh ibunya
lagi.Menurut warg sekitar ibu Amir dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui
namanya.Dan, kejadian bakda zuhr tu mungkin menjadi kilimaknya. Akibat
pembunuhan itu wargaBanyuurip geger. Ada salah seorang warga yang menghubungi
polisi setempat. Setelah polisidatang, para anggota polisi tersebut langsung
melakukan olah TKP. Para polisi menanyai parawarga yang sewaktu ada di tempat
kejadian itu.Para polisi pun mengambil barang bukti yang di antaranya adalah
sebuah pisau dapur.
Seelah itu para polisi kembali ke kantor
mereka.Dalam rumah Amir, suasan duka masih menyelimuti keluarganya. Amir
membayangkankata-kata atau nasihat ibunya agar jadi anak yang baik. Setelah
kejadian itu ayah Amir selalumemberikan
nasihat kepada Amir. Lambat laun akhirnya Amir menyadari tentang apa yang
telahdilakukannya selama ini.Pada suatu hari kepolisian dating lagi ke rumah
Amir untuk memberikan informasi.Ternyata ibu Amir dibunuh oleh dua orang pelaku
yang semuanya adalah laki-laki. Sebelumdibunuh ibu Amir mencoba mempertahankan
diri dengan menggunakan pisau dapur. Sayangnya,hal itu sia-sia, para pelaku
tersebut malah membunuh ibu Amir.Mendengar penjelasan dari kepolisian setempat
Amir mengangis tersedu-sedu. AyahAmir meminta kepolisian untuk kembali lagi ke
kantor. Ayah Amir berkata pada Amir.“Amir, sudahlah jangan menangis lagi. Ini
mungkin sudah takdir Allah.” Amir hanyadiam saja.Dalam hati kecil Amir, ia akan
mencari pelaku yang telah membunuh ibunya karenasampai saat ini pelaku
pembunuhan belum juga ditemukan. Mungkinkah para pelaku tersebutdari warga
Banyuurip ataukah dari warga desa lain?
No comments:
Post a Comment